Jadwal
Etalase Pemikiran Perempuan (ETALASE) 2025
Tempuran Space, Yogyakarta & YouTube (LIVE Hybrid), 18–20 Juli
Informasi:
Untuk mengikuti rangkaian kegiatan Etalase, silakan melakukan registrasi terlebih dahulu melalui tautan ini;
Setiap sesi yang terbuka untuk publik disertai dengan Juru Bahasa Isyarat;
Tersedia ruang nursery dan anak di Gajah Wong (lt. 2).
Laman ini masih akan terus diperbaharui. Pengkinian terakhir: 19 Juli 2025 00:00 WIB.
Hari 1 | Jumat, 18 Juli 2025
Apa artinya menjadi pewaris—hidup dengan dampak dan gema—dua peristiwa sejarah monumental yang bertolak belakang?
ETALASE 2025 dibuka dengan pembacaan performatif Manifesto Sekolah Pemikiran Perempuan tentang WARIS. Manifesto adalah pernyataan kolektif yang ditulis dari refleksi pengalaman, dan pemikiran banyak pihak—terutama mereka yang kerap diabaikan dalam sejarah dan wacana besar. Pernyataan SPP menanggapi warisan seperti "Surat Kepercayaan Gelanggang" - yang digagas oleh para seniman lelaki yang mengaku 'ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia". Lantas bagaimana dengan kita, para perempuan dan queer? Apakah kita ingin diakui sebagai ahli waris yang sah dari harta warisan itu? Atau apakah kita adalah anak haram, berada di luar, terus mengganggu karena tidak berhak?
Secara spesifik, manifesto akan bertaut pada dua peristiwa sejarah yang kita warisi: Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955, inisiatif bangsa-bangsa dunia ketiga yang terus diingat sebagai penanda bangkitnya perlawanan antikolonial, serta kekerasan 1965 yang ditandai dengan pembunuhan lebih dari satu juta jiwa sekaligus penghapusan gerakan feminis terbesar di Indonesia dan tradisi intelektual kiri. Pada tahun 2025, kita merayakan 70 tahun KAA dan 80 tahun kemerdekaan Indonesia; kita juga mengingat 1965 serta hal-hal yang belum diselesaikan.
Riwayatmu, Puan
19.00–20.00 WIB
Live: Krasak & Stage Outdoor (Lt. 1) | YouTube
Panelis:
Ruth Indiah Rahayu
Martha Hebi
Yustina Dama Dia
Brigitta Isabella
Moderator:
Tyassanti Kusumo
Lisabona Rahman
Riwayatmu, Puan adalah forum untuk merayakan pencapaian, berbagi pemikiran dan bersama menolak penyingkiran perempuan dari pencatatan sejarah. Acara ini adalah upaya untuk menghidupkan jejak dan warisan pengetahuan yang ditinggalkan para puan dan telah mempengaruhi bidang seni budaya serta pemikiran feminisme Indonesia.
Penelusuran kembali riwayat para puan diikuti lewat sudut pandang mereka yang berprofesi serupa atau berhubungan demi mengupayakan estafet pengetahuan lintas generasi.
Tahun ini, yang akan disampaikan antara lain:
Umi Sardjono oleh Ruth Indiah Rahayu
Salomi Rambu Iru oleh Martha Hebi & Yustina Dama Dia
Oei Sian Yok oleh Brigitta Isabella
Hari 2 | Sabtu, 19 Juli 2025
Klinik & Lokakarya (10.00–13.00 WIB) — Terbatas untuk Peserta
-
Lokakarya ini mengajak peserta menelusuri metode alternatif dalam menulis dan mengarsipkan sejarah perempuan—melalui fragmen, sumber-sumber referensi alternatif, refleksi penelantaran dan pelapukan artefak, serta kerjasama lintas disiplin.
Registrasi (sudah ditutup)
-
Lokakarya ini mempertemukan guru-guru perempuan SMSR Yogyakarta dan Sekolah Pemikiran Perempuan untuk bertukar pengalaman pengajaran seni berbasis feminisme.
-
Fasilitator: Gema Swaratyagita & Nyak Ina Raseuki
Tindakan bersuara atau berbunyi merupakan salah satu dari berbagai jalan yang diamalkan para puan saat mengekspresikan dan merespons berbagai aspek kehidupan keseharian mereka, baik secara eksplisit maupun implisit, yang dapat ditangkap sebagai siasat puan. Hal ini juga dapat dipahami dalam kerangka konsep Perlawanan Bunyi.
Empat tradisi suara-bunyi di kalangan puan (nelagi, medoh, ambu, muli) menjadi titik tolak untuk Klinik Bunyi dan Konser Ceramah kali ini, yaitu kain kla (Sorong, Papua Barat Daya), jiak: siu ma’dem (Berau, Kalimantan Timur), pantun pohaci (Sumedang, Jawa Barat), dan ringget (Lampung).
Keempat tradisi suara-bunyi ini menjadi relung khusus di mana para puan dari berbagai latar belakang berkumpul, awalnya melalui suara, bunyi, dan getaran, kemudian berkembang pada penjelajahan gerakan, bayangan, dan elemen-elemen lain, demi bertukar pengalaman akan kompleksitas kehidupan sehari-hari.
Rantau: Warisan Bandung, Solidaritas, dan Perlawanan Feminis
14.00–15.30 WIB
Live: Konteng (Lt. 2) | YouTube
Sesi berlangsung dalam Bahasa Inggris, tersedia penerjemahan ke Bahasa Indonesia
Panelis:
Taomo Zhou
Isabella Hammad
Bunga Siagian
Moderator:
Intan Paramaditha
The Bandung Legacy, Solidarity, and Feminist Resistance
14.00–15.30 WIB / GMT +7
Live: Konteng (Lt. 2) | YouTube
In English, Indonesian translation available
Panelists:
Taomo Zhou
Isabella Hammad
Bunga Siagian
Moderator:
Intan Paramaditha
Panel ini mengangkat kembali semangat Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung dan menelusuri kaitannya dengan gerakan solidaritas transnasional dan perlawanan feminis di Selatan Global. Bandung sering dikenang sebagai tonggak solidaritas Dunia Ketiga—tetapi di balik sorotan sejarah resmi, ada jejak perjuangan feminis anti-imperialis yang terlupakan, tersingkir dari narasi arus utama, dan belum cukup digali.
Bisakah kita membaca Bandung secara kritis dari perspektif feminis? Bisakah kita menghidupkan masa lalu bukan sebagai warisan beku, melainkan sebagai medan perjuangan yang terus bergerak—untuk menyalakan bentuk-bentuk perlawanan baru terhadap kekuatan imperial?
This panel explores the intersection between the 1955 Bandung Conference, transnational solidarity movements, and feminist resistance in the Global South. While the Bandung Conference is celebrated as a pivotal moment in Third World solidarity, the parallel and interconnected history of feminist anti-imperialist organizing outside Western paradigms remains largely forgotten or underexplored. This panel will reflect on these histories and explore future directions for transnational feminist solidarity movements to challenge colonialism, capitalism, and patriarchy. How might we view Bandung and moments of anti-colonial solidarity critically from a feminist perspective? How might we mobilise the past—not as a static heritage but as a process—to envision transformative resistance to imperial powers?
Panggung: Menatap (dari) Timur
19.00–20.30 WIB
Live: Konteng (Lt. 2) | YouTube
Panelis:
Ilda Karwayu
Maria Apriani Kartika Solapung
Ligia Judith Giay
Moderator:
Martha Hebi
Panggung Indonesia Timur adalah ruang untuk mendengar dan belajar dari pengalaman hidup, praktik budaya, dan perlawanan perempuan serta komunitas di wilayah Timur Indonesia. Secara khusus acara ini ditujukan untuk yang ingin mendengar langsung, bukan dari pusat demi memperluas cara menatap Indonesia—dari sisi Timur.
Isu-isu yang pernah dan akan dibahas meliputi: Bahasa dan gender, Kekerasan terhadap Perempuan, Kerja, penghidupan, dan beban peran, Konteks lokal dan lintas budaya yang membentuk cara hidup dan cara bertahan.
Diskusi ini bukan hanya tentang Timur—tetapi dari Timur, dengan suara yang lahir dari tubuh, tanah, dan pengalaman sehari-hari.
Cerita dari Timur sering disederhanakan dan kebijakan jarang menjangkau kenyataan hidup yang kompleks. Para peneliti, aktivis, dan seniman serta warga dari Indonesia Timur—hadir di panel ini dan berbicara bukan hanya dari teori, tapi dari tubuh dan perjuangan harian.
Hari 3 | Minggu, 20 Juli 2025
Meramban Pengetahuan (09.00–11.00 WIB) — Terbatas untuk Peserta
Meramban Pengetahuan adalah program kegiatan jalan bersama menyusuri jejak pemikiran para puan dalam sejarah gerakan, seni, dan budaya. Melalui kegiatan ini peserta dapat mengunjungi dan belajar bersama di berbagai lokasi, berbasis tokoh, dan peristiwa.
Bongkar Kata
Ceramah Singkat
14.00–16.00 WIB
Live: Krasak & Stage Outdoor (Lt. 1) | YouTube
Panelis:
Ishvara Devati
Astrid Reza
Ligia Judith Giay
Zely Ariane
Moderator:
Asri Pratiwi Wulandari
Himas Nur
Bongkar Kata adalah ruang ceramah singkat yang akan mengupas kata-kata yang tampak umum, namun menyimpan sejarah kekuasaan, trauma, dan bias.
Lewat perspektif feminis dan kritis, kita akan menelusuri bagaimana kata dibentuk, diwariskan, dan diam-diam mengatur cara kita berpikir dan hidup.
Di edisi tahun ini, kami akan membongkar kata-kata: Revolusi, Gali Kubur, Bungkam, dan Merdeka.
Panggung: Berbagi Kabar (16.30–17.30 WIB) — Terbatas untuk Peserta Undangan
Berbagi Kabar adalah program mempertemukan alumni dan komunitas Sekolah Pemikiran Perempuan untuk berbagi: kabar saat ini, karya yang sedang tumbuh, refleksi atas karya yang telah beredar, rencana masa depan.
Konser Ceramah: “Nyanyi-Tuturan Nelagi, Medoh, Ambu, Muli”
19.30–21.00 WIB
Live: Gendol Atas & Bawah | YouTube
Panelis:
Marta Ying
Mama Thea Gifelem
Mama Antonia Ulimpa
Gema Swaratyagita
Desty Nursyiam
Ayu Permata Sari
Salsabila Andriana
Rosyidah
Moderator:
Dida Fisandra
Tindakan bersuara atau berbunyi merupakan salah satu dari berbagai jalan yang diamalkan para puan saat mengekspresikan dan merespons berbagai aspek kehidupan keseharian mereka, baik secara eksplisit maupun implisit, yang dapat ditangkap sebagai siasat puan. Hal ini juga dapat dipahami dalam kerangka konsep Perlawanan Bunyi.
Empat tradisi suara-bunyi di kalangan puan (nelagi, medoh, ambu, muli) menjadi titik tolak untuk Klinik Bunyi dan Konser Ceramah kali ini, yaitu kain kla (Sorong, Papua Barat Daya), jiak: siu ma’dem (Berau, Kalimantan Timur), pantun pohaci (Sumedang, Jawa Barat), dan ringget (Lampung).
Keempat tradisi suara-bunyi ini menjadi relung khusus di mana para puan dari berbagai latar belakang berkumpul, awalnya melalui suara, bunyi, dan getaran, kemudian berkembang pada penjelajahan gerakan, bayangan, dan elemen-elemen lain, demi bertukar pengalaman akan kompleksitas kehidupan sehari-hari.
Rangkaian 18–20 Juli
Tempuran Space; Jumat, 18 Juli 15.00–20.00 WIB | Sabtu-Minggu, 19–20 Juli 12.00–20.00 WIB
Pasar Solidaritas
Area depan Pawon
Pasar Solidaritas menghadirkan produk dan jasa buatan atau kurasi para feminis.
Setiap transaksi—jual-beli, barter, hingga lelang—merupakan bagian dari upaya mendukung gerakan.
Karya Rupa “Telusur Waris”
Teras Pawon
Instalasi ini membaca ulang jejak warisan: yang hadir, yang hilang, dan yang sering tak dianggap. Melalui medium kain dan pendekatan partisipatoris, karya ini mengundang kita menelusuri ulang—dengan tubuh, dengan cerita, dengan jarak yang personal.
Melalui karyanya, Lusiana Limono mengajak para puan untuk menelusuri kembali narasi waris melalui benda, ingatan, dan pengetahuan sehari-hari, melalui medium keseharian, kain, yang tak selalu tersusun rapi seperti arsip formal.
Karya ini menjadi ruang jeda di antara lintasan program Etalase, membuka kemungkinan untuk menyimak warisan melalui ingatan, citra, dan jarak yang personal. Instalasi dibangun bersama publik berdasarkan pembacaan atas pengalaman kolektif dalam Etalase.
Pengantar Tidur
Winongo (Lt. 2) - Durational Performance
Pengantar Tidur adalah ruang lintas genre yang mempertemukan sastra dengan pertunjukan. Seperti namanya, sesi ini dikemas untuk menemani hadirin bersantai layaknya menjelang tidur, dengan sajian fiksi pendek yang dibawakan sendiri oleh penulisnya atau ditafsir ulang oleh pembaca ke dalam bentuk eksperimentasi musik, ekspresi visual, bahasa isyarat, atau seni performatif lainnya.
Pengantar Tidur kali ini menghadirkan sejumlah karya yang menimbang kembali dongeng, legenda, epos, dan mitos sebagai inspirasi penciptaan prosa dan puisi masa kini. Bagaimana cerita lama yang diwariskan disikapi sebagai tawaran untuk direka-ulang, ditafsir secara politis; ditunggangi dan dimainkan, untuk menyampaikan maksud yang lain?
Pengantar Tidur di Pantai (Jumat, 18 Juli - 20.00 WIB)
Pengantar Tidur Berdua (Sabtu, 19 Juli - 18.00 WIB)
Pengantar Tidur Selamanya (Sabtu, 19 Juli - 20.30 WIB)
Pengantar Tidur di Perpus (Minggu, 20 Juli - 13.00 WIB)
Pengantar Tidur di Gang (Minggu, 20 Juli - 16.00 WIB)