Pendiri | Founders

 

Andy Yentriyani

(ID) Andy Yentriyani adalah Ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan 2020-2024. Andy menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, jurusan Hubungan Internasional dan Magister Program Media and Communications dari Goldsmiths University of London, Inggris. Salah satu ketertarikannya adalah mendokumentasikan cerita mengenai perempuan Indonesia, permasalahan dan perjuangannya bertahan.

(EN) Andy Yentriyani is the Chair of the National Commission on Violence Against Women (Komnas Perempuan) 2020-2024. Andy finished her undergraduate education at Universitas Indonesia’s Faculty of Social and Political Sciences, majoring in International Relations, and went on to pursue a master’s degree in Media and Communication at the University of London. She has been involved in Komnas Perempuan since 2000, preventing and eliminating violence against women. Andy Yentriyani’s interest is the documentation of stories from Indonesian women, especially on the social issues and their struggle to resist.

Cecil Mariani

(IN) Cecil Mariani adalah seorang perancang, seniman, peneliti di Koperasi Riset Purusha, aktivis budaya dan pengajar di Insitut Kesenian Jakarta. Ia belajar Desain Grafis di Universitas Pelita Harapan dan meraih gelar magister MFA dari School of Visual Art, New York.

(EN) Cecil Mariani is a designer, artist, researcher at Koperasi Riset Purusha, a cultural activist, and a lecturer at the Jakarta International Institute. She studied Graphic Design at Universitas Pelita Harapan and received her MFA from School of Visual Art, New York.

Heidi Arbuckle-Gultom

(IN) Heidi Arbuckle-Gultom adalah peneliti dan praktisi pengembangan kebijakan pembangunan. Ia adalah Deputy Chief of Party untuk proyek Indonesia Harmoni. Sebelumnya, ia memimpin program Ford Foundation Indonesia untuk masyarakat sipil, media, seni dan budaya selama dua belas tahun. Ia meraih gelar Doktor dari Universitas Melbourne dengan penelitiannya mengenai pelukis Emiria Soenassa dan penulis buku "Taring Padi: the Politics of Radical Cultural Practice in Indonesia".

(EN) Heidi Arbuckle-Gultom is a researcher and development practitioner. She is the Deputy Chief of Party for the Indonesia Harmoni project. Previously, she led the Ford Foundation Indonesia’s programming in civil society, media and culture for twelve years. She obtained her PhD from the University of Melbourne with a research on Indonesian painter Emiria Soenassa and is author of "Taring Padi: the Politics of Radical Cultural Practice in Indonesia".

Intan Paramaditha

(IN) Intan Paramaditha adalah penulis fiksi dan akademisi. Novelnya Gentayangan (The Wandering) terpilih sebagai karya sastra prosa terbaik Tempo dan mendapat penghargaan English PEN Translates Award, PEN/ Heim Translation Fund Grant, dan nominasi The Stella Prize di Australia. Cerpen-cerpennya terangkum dalam Apple and Knife, dan ia merupakan editor Deviant Disciples: Indonesian Women Poets, bagian dari seri Translating Feminisms dari Tilted Axis Press. Salah satu esainya terpilih dalam The Best American Travel Writing 2021. Ia mendapat gelar doktor dari New York University dan mengajar Kajian Media dan Film di Macquarie University, Sydney.

(EN) Intan Paramaditha is a writer and an academic. Her novel The Wandering (Harvill Secker/ Penguin Random House UK), translated from the Indonesian language by Stephen J. Epstein, was nominated for the Stella Prize in Australia and awarded the Tempo Best Literary Fiction in Indonesia, English PEN Translates Award, and PEN/ Heim Translation Fund Grant from PEN America. She is the author of the short story collection Apple and Knife and the editor of Deviant Disciples: Indonesian Women Poets, part of the Translating Feminisms series of Tilted Axis Press. An essay of hers was selected for The Best American Travel Writing 2021. She holds a PhD from New York University and teaches media and film studies at Macquarie University, Sydney. 

Lisabona Rahman

(IN) Lisabona Rahman menempuh pendidikan ilmu hubungan internasional dengan minat terhadap persoalan perempuan. Ia juga seorang sukarelawan penerjemahan. Bersama almarhum Bambang Agung, ia menerjemahkan buku Shulamit Reinharz, Metode-metode Feminis dalam Penelitian Sosial (WRI, 2005). Antara 2001 - 2011, ia mengelola proyek presentasi film, arsip dan karya perempuan. Lisabona kemudian menempuh pendidikan pelestarian film dan kuratorial di Belanda, serta bekerja sebagai teknisi restorasi film di Italia sampai 2016. Setelah itu ia bekerja lepas membuat proyek restorasi, perawatan film, pemutaran dan forum pertukaran pengetahuan.

(EN) Lisabona Rahman was a volunteer translator for human rights advocacy during her student years in the mid 1990s Indonesia. She has been involved in various projects in the arts and culture, feminism and human rights since then. Lisabona was part of the translators team for Shulamit Reinharz’s Feminist Methods in Social Research (1992). Between 2001 and 2011 she organized film screenings, presentation of archives and women’s work. From 2011, she took up a training in film restoration/programming and worked in a specialised film laboratory in Italy until 2016. Since then she became a freelance consultant for film archiving, restoration, programming and forum for knowledge exchange.

Naomi Srikandi

(IN) Naomi Srikandi adalah seorang penulis dan pembuat teater yang karyanya meliputi tulisan dan pertunjukan yang menggunakan estetika sebagai kerangka kerja untuk menyelidiki pertanyaan tentang bagaimana gambar, suara, bahasa sehari-hari bertimbal-balik dengan politik. Dia adalah salah satu pendiri dan pengelola Peretas, kependekan untuk perempuan lintas batas, organisasi yang bergerak melalui dan menuju politik solidaritas feminis antar perempuan pekerja seni di Indonesia dan yang lebih luas.

(EN) Naomi Srikandi is a writer and theatre-maker whose works include writings and performances using aesthetics as a framework for investigating the questions of how everyday life images, sounds, languages as such retroact to politics. She is a co-founder and chairperson of Peretas; an intersectional organisation focuses on strengthening women networks in the arts.

Nyak Ina Raseuki

(IN) Nyak Ina Raseuki, lebih dikenal sebagai Ubiet, adalah seorang komposer, penampil, dan etnomusikolog Indonesia. Ubiet lahir di Jakarta dan besar di Aceh. Ketertarikannya pada musik vokal dimulai ketika remaja, ia bergabung dengan beberapa grup musik populer di Aceh dan Jakarta sebagai vokalis. Ubiet pindah kembali ke Jakarta pada awal 1980-an, dan kuliah di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) untuk mengambil jurusan musik-suara. Ubiet meraih gelar Master of Music dan Ph.D. gelar dalam bidang etnomusikologi dari University of Wisconsin-Madison-U.S.A (1993, 2009), dan mengajar di Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta.

(EN) Nyak Ina Raseuki, better known as Ubiet, is an Indonesian composer, performer, ethnomusicologist. Ubiet was born in Jakarta and was raised in Aceh, North Sumatra. Her interest in vocal music started when, as a teenager, she joined several popular music groups in Aceh and Jakarta as lead singer. Ubiet moved back to Jakarta in the early 1980s, and attended The Jakarta Institute of the Arts (IKJ) to major in music-voice. As she gradually discovered other possibilities in voice, her focus became drawn to vocal music and its different singing styles and traditions. Ubiet earned a Master of Music and a Ph.D. degree in ethnomusicology from University of Wisconsin-Madison-U.S.A (1993, 2009), and she is lecturing at Graduate School at Jakarta Arts Institute.

 

Komite Kerja Sekolah Pemikiran Perempuan 2023

Tim Sekolah Pemikiran Perempuan

  • Amalia Sekarjati

    Komunikasi | Communication

    (ID) Amalia Sekarjati–dipanggil Sekar–biasa berkegiatan lepas ke sana kemari dalam aktivitas belakang layar dan nonproduksi di bidang seni budaya. Semangatnya adalah menjelajahi kemungkinan dan merayakan pertemuan melalui berbagai kegiatan tersebut.

    (EN) Amalia Sekarjati or Sekar is a freelancer in many backstage events and activities in arts and culture. She is excited about exploring possibilities and celebrating encounters resulting from these activities.

  • Margareth Ratih Fernandez

    Sekretariat | School Administrator

    Margareth Ratih Fernandez berdomisili di Yogyakarta. Setelah lulus dari prodi Ilmu Sejarah, Universitas Negeri Yogyakarta pada 2016, ia bekerja sebagai periset dan editor freelance untuk beberapa LSM dan penerbit. Kurang lebih 3 tahun terakhir, ia bekerja penuh waktu sebagai staf redaksi di penerbit Buku Mojok sembari terus belajar menulis bersama teman-temannya di kolektif Perkawanan Perempuan Menulis.

    Margareth Ratih Fernandez is based in Yogyakarta. After graduating from the History program at the State University Yogyakarta in 2016, she worked as a researcher and freelance editor for several NGOs and publishers. In the past three years, she has been working full time as an editorial team member of Buku Mojok Publishing while continuing her writing activities with the collective Perkawanan Perempuan Menulis.