Tentang

Etalase Pemikiran Perempuan (Etalase)

Etalase Pemikiran Perempuan (Etalase) adalah ruang sirkulasi pemikiran para puan Nusantara di ranah seni budaya dengan semangat lintas batas disiplin, kelas, wilayah geografis, budaya, dan generasi.

Ruang-ruang feminis di mana perempuan bisa berkumpul saling berbagi pengetahuan seringkali tidak dianggap valid sebagai ruang publik. Apa yang dipertukarkan di dalam ruang ini sering dianggap sebagai pengetahuan personal, pribadi, atau domestik, sehingga tidak pantas menjadi wacana ruang publik.

Etalase merupakan inisiatif Sekolah Pemikiran Perempuan (SPP), kumpulan para puan yang berbasis di wilayah berbeda di dalam dan di luar Indonesia dan melakukan komunikasi terutama secara daring. SPP berupaya menggunakan potensi-potensi teknologi komunikasi untuk memperluas ruang sirkulasi pengetahuan yang dihasilkan perempuan Nusantara di manapun mereka berada, di tanah asal ataupun di rantau.

Sirkulasi pengetahuan sangat penting untuk diadakan serta dijaga bersama karena pengetahuan para puan kerap diabaikan dan dipinggirkan dalam wacana pengetahuan yang patriarkis, kapitalis, heteronormatif dan abai terhadap disabilitas (ableist). Para puan lebih sulit mengakses pengetahuan para puan lain, baik yang segenerasi maupun para pendahulunya, karena ruang-ruang yang tersedia amat didominasi oleh sumber-sumber pengetahuan yang adalah lelaki. Dominasi ini mengakibatkan pengetahuan yang beredar di ruang publik cenderung meminggirkan perempuan dan pengelolaan ruangnya tidak selalu sesuai atau aman bagi para puan.

SPP juga berupaya menyediakan ruang menyimak untuk pengetahuan yang diproduksi para puan Nusantara melalui berbagai praktik di luar wilayah akademis. Mengingat materi pengetahuan feminis Nusantara selama ini juga banyak diproduksi dalam bahasa non-Indonesia (misalnya bahasa Inggris) di ruang-ruang akademis luar wilayah Indonesia, SPP mengupayakan sirkulasi pengetahuan menggunakan bahasa Indonesia dan BISINDO melalui penerjemahan atau metode lainnya. Keputusan memprioritaskan bahasa Indonesia lisan dan isyarat diambil secara sadar sebab dalam konteks produksi pengetahuan global, akses terhadap pengetahuan yang dihasilkan para puan dalam bahasa ini masih sangat terbatas.



Edisi Lalu