Festival Seni dan Pemikiran Feminis
ETALASE Pemikiran Perempuan 2025
Tempuran Space, Yogyakarta & YouTube (LIVE Hybrid), 18–20 Juli 2025
Pengantar
Etalase adalah ruang publik untuk sirkulasi pemikiran perempuan Nusantara berbasis karya dan pengalaman di ranah seni-budaya. Digagas dan diselenggarakan oleh Sekolah Pemikiran Perempuan, kegiatan ini pertama kali berlangsung di Yogyakarta pada tahun 2019 dan sejak 2020 sampai 2023 dilaksanakan sebagai festival daring. Berbagai format kegiatan dilangsungkan di dalam festival ini, misalnya panggung cerita, temu wicara, diskusi panel, lokakarya dan konser ceramah.
Ruang-ruang feminis di mana perempuan bisa berkumpul saling berbagi pengetahuan seringkali tidak dianggap valid sebagai ruang publik. Apa yang dipertukarkan di dalam ruang ini sering dianggap sebagai pengetahuan personal, pribadi, atau domestik, sehingga tidak layak menjadi wacana ruang publik.
Etalase merupakan inisiatif Sekolah Pemikiran Perempuan (SPP), kumpulan para puan yang berbasis di wilayah berbeda di dalam dan di luar Indonesia dan melakukan komunikasi terutama secara daring. SPP berupaya menggunakan potensi-potensi teknologi komunikasi untuk memperluas ruang sirkulasi pengetahuan yang dihasilkan perempuan Nusantara di manapun mereka berada, di tanah asal ataupun di rantau.
Sekolah Pemikiran Perempuan telah berkegiatan sejak 2018 dengan tujuan melakukan intervensi terhadap proses produksi pengetahuan yang bersifat kolonial, kapitalis, dan patriarkis dengan menggarisbawahi peran perempuan di Nusantara dan Selatan Global sebagai subyek penting dalam penciptaan pengetahuan. Selama ini, perempuan Selatan-Global cenderung tersingkir dari produksi pengetahuan dan kerap dipandang sebagai obyek ketimbang subyek pengetahuan. Kegiatan SPP terfokus pada penyebaran dan pertukaran pengetahuan yang dihasilkan perempuan di Nusantara. Tiga kegiatan publik SPP adalah Kelas (berlangsung selama 20 minggu setiap tahun), MIMBAR atau orasi publik pemikir perempuan (berlangsung 2 tahun sekali), dan festival tahunan ETALASE.
ETALASE 2025: Ruang Hibrid Sirkulasi Pemikiran Puan Nusantara
Etalase merupakan festival yang menyediakan ruang bagi praktik sirkulasi pengetahuan perempuan lintas generasi, budaya, disiplin, dan wilayah, baik di kepulauan Indonesia maupun internasional, untuk meretas dominasi pengetahuan yang terpusat dari segi wilayah geografis, gender, dan kelas.
Di SPP, kami mengakui bahwa para puan Nusantara bercakap dan bertukar pikiran serta rasa dengan bahasa yang jamak: kata-kata, kecapan, gerak, warna, bentuk dan suara. Karena itu, kegiatan yang berlangsung di Etalase dirancang dalam berbagai bentuk seperti diskusi panel, konser ceramah, panggung cerita dan pasar solidaritas.
Prinsip-prinsip festival ini adalah:
Lintas batas disiplin, kelas, wilayah geografis, budaya dan generasi
Keberpihakan pada kelompok yang terpinggirkan
Dekolonisasi pengetahuan
Fokus pada mendengarkan pemikiran dan pengalaman puan dengan beragam identitas
Solidaritas feminisme transnasional
Ruang ini ditempatkan di wilayah publik sebagai bentuk intervensi yang sangat penting dilakukan untuk memperkuat kehadiran pemikiran feminis yang masih sangat terpinggirkan dan tidak aman di ruang publik yang patriarkis dan heteronormatif. Peminggiran dan ancaman terhadap pemikiran feminis serta lakunya di ruang publik dihadapi dengan cara memperluas ruang publik aman yang mampu mengetengahkan pengalaman feminis. Edisi pertama Etalase berlangsung secara luring pada 2019, sejak itu dari tahun 2020 hingga 2024, festival ini berlangsung secara daring.
Mengapa tatap muka itu perlu, tidak cukup hanya ruang virtual? Pengalaman Festival CME: Etalase pada tahun 2019 meninggalkan kenangan manis dan ingatan akan penguatan bersama. Pada saat itu para pengelola dan penerima hibah Cipta Media Ekspresi yang merupakan ruang tumbuh gagasan mengenai Sekolah Pemikiran Perempuan berkumpul dan berinteraksi lebih jauh lewat saling mendengarkan, saling belajar dan saling menyediakan dukungan mulai dari semangat sampai mengurus anak. Interaksi langsung ini menumbuhkan rasa terhubung, masing-masing penerima hibah tak lagi hanya bekerja sendiri atau dengan tim sendiri melainkan memiliki kawan seperjuangan yang sangat beragam dari sisi minat, abilitas, ekspresi tubuh, bahasa, keahlian, bidang kajian, usia dan tempat asal/bekerja. Pertemuan ini memungkinkan refleksi mengenai pertumbuhan feminisme yang jamak di kepulauan Nusantara, yang memiliki jalur yang amat beragam pula. Pengalaman seperti inilah yang ingin terus ditumbuhkan dan dikuatkan oleh SPP melalui ETALASE.
Pada kesempatan festival luring, Etalase menjadi ruang intervensi dan interaksi untuk peredaran pemikiran puan bersama beragam gender di Nusantara dari wilayah seni budaya ke ranah publik. Bentuk kegiatan yang dilakukan terdiri dari beragam format berikut:
Bongkar Kata: Ceramah singkat yang secara kritis membongkar kata kunci maupun kata populer.
Konser Ceramah: Paduan antara pertunjukan dan ceramah yang disampaikan perempuan pencipta di dunia musik dan diikuti dengan sesi berbincang.
Lokakarya: Kelas berskala kecil untuk mempelajari bersama wacana dan metode kerja seni budaya.
Manifesto: Ruang aman untuk membuat pernyataan bersama mengenai sikap, cita-cita dan harapan untuk mewujudkan dunia yang lebih aman dan lebih baik bagi sesama dan alam raya.
Panggung: Diskusi panel tentang wacana penting dalam budaya maupun isu-isu sosial yang lebih luas. Beberapa tema yang telah diangkat antara lain: bahasa dan gender, kekerasan terhadap perempuan, dan kerja.
Pasar Solidaritas: ruang tukar-menukar pengetahuan dan karya untuk menggalang sumber daya kolektif dan keberlanjutan pengorganisasian kerja seni budaya.
Pengantar Tidur: Pembacaan dan pertunjukan karya sastra. Karya-karya ini telah dibawakan oleh para penulis muda dengan kolaborasi lintas budaya dengar dan budaya tuli.
Rantau: Panel solidaritas transnasional dengan pembicara nusantara dan internasional. Tema-tema yang telah diangkat antara lain tentang solidaritas transnasional, isu pengungsi, serta perempuan dan penerjemahan.
Riwayatmu, Puan: Panel presentasi riwayat hidup perempuan dalam sejarah seni budaya.
Tentang Penyelenggara
Sekolah Pemikiran Perempuan (SPP) berawal dari serangkaian lokakarya proses kreatif berperspektif feminis yang digagas para pengelola hibah Cipta Media Ekspresi (CME), hibah untuk perempuan pencipta, peneliti, dan pegiat komunitas di bidang seni dan budaya antara 2018 dan 2019.
Sejak tahun 2020, Sekolah Pemikiran Perempuan berdiri sebagai inisiatif independen dengan tujuan melakukan intervensi terhadap proses produksi pengetahuan yang meminggirkan, mengerdilkan, dan menghapus perempuan. SPP melakukan “pembangkangan epistemik” (epistemic disobedience) terhadap sistem pengetahuan yang bersifat kolonial, kapitalis, dan heteropatriarkis dengan menggarisbawahi peran perempuan di Nusantara—yang dalam konteks global merupakan perempuan Dunia Ketiga/ Selatan—sebagai subyek penting dalam penciptaan pengetahuan. Kegiatan SPP terfokus pada penyebaran dan pertukaran pengetahuan yang dihasilkan perempuan di Nusantara melalui kelas, ceramah, dan lokakarya di ruang publik.
Sejak awal berkegiatan, SPP berupaya mengembangkan jaringan pekerja seni budaya, aktivis dan cendekia dari beragam gender, yang berbasis di kepulauan Indonesia maupun komunitas migran dan diaspora. Penyelenggara, pengisi dan peserta kegiatan yang tersebar di lima benua berkomunikasi terutama menggunakan bahasa Indonesia dan menggunakan potensi berbagai teknologi komunikasi dan penyiaran.