Pernyataan Sekolah Pemikiran Perempuan tentang Represi Negara terhadap Kemerdekaan Rakyat Sipil
4 September 2025
Sebagai kolektif feminis yang bekerja berlandaskan nilai-nilai kasih, perawatan, kolektivitas dan keberanian, kami - Sekolah Pemikiran Perempuan - MENGECAM tindak kekerasan negara dalam menanggapi protes rakyatnya.
Kami MENOLAK tunduk pada aparat negara yang militeristik, ingkar pada tanggung jawab melindungi hak hidup sejahtera bagi rakyatnya, menjalankan negara dengan kejam, menimbun kekayaan dengan mengisap daya hidup warga, menyebar ketakutan, dan membungkam suara.
Keamanan yang kami INGINKAN bukan rasa aman palsu dalam tawanan penjagaan tentara dan sensor informasi. Kami ingin rasa aman hakiki yang tumbuh dari kemerdekaan untuk berpikir dan mengasihi, serta negara yang berperikemanusiaan.
Kami juga MENOLAK permintaan maaf dan simpati pura-pura yang ditunjukkan oleh aparat negara. Kami MENUNTUT proses hukum yang adil atas pelanggaran HAM dalam tindak, pembiaran, penyangkalan atas pembunuhan warga sipil, penghilangan paksa, penyiksaan, penangkapan, serta perampasan hak hidup yang aman dan layak.
Label makar menunjukkan pemerintah yang mengurusi NEGARA TIDAK MA(MP)U memahami tuntutan dan kompleksitas emosi kami dan memilih membungkam paksa dengan ancaman kekerasan berbentuk penangkapan dan hukuman politis. Duka dan amarah adalah bukti kemanusiaan, emosi menumpuk dalam pemiskinan berkelanjutan akibat eksploitasi manusia dan pengerukan bumi yang berlangsung di jalan-jalan kota, di pabrik-pabrik, di tanah adat, di pulau-pulau, di laut, dan bahkan di tanah rantau. Kami marah, kecewa, TAPI TIDAK PUTUS ASA, karena itulah perlawanan kami jalankan dari jalan, dari meja-meja sekolah, dari pabrik, dari studio, dari panggung, dari bioskop, dari pasar, dari salon, dari kamar kos, dari dapur, dari kebun, dari hutan dan perahu - dengan semua yang kami miliki: akal, perasaan dan pengetahuan.
Kami TIDAK LUPA pada cara-cara jahat yang digunakan oleh rezim militer dan kolonial untuk mematikan harapan rakyat akan kehidupan yang sejahtera dan masa depan yang adil: memutus hubungan manusia dengan alam oleh pengerukan dan pencemaran; menghina dan menyakiti tubuh-tubuh kami; mengikis empati dan kepercayaan sesama warga sipil dengan taktik adu domba dan misinformasi; merampas pengetahuan nenek moyang lalu membinasakannya; mencuri segala yang seharusnya menjadi milik asasi kami - tanah, air, pangan, udara bersih, kemerdekaan dan kebahagiaan.
Kami MENOLAK dikerdilkan sebagai massa yang bodoh dan mudah terprovokasi-- narasi usang yang terus muncul dalam sejarah, lahir dari upaya-upaya paternalistik negara dalam mengendalikan warganya.
Kami MENOLAK dipecah-belah dengan narasi-narasi yang membingkai gelombang kekecewaan masyarakat sebagai kekerasan. Kami berkumpul di jalan justru untuk menentang kekerasan yang timbul karena keserakahan dan kesewenang-wenangan.
Kami MENOLAK terus-menerus dipinggirkan, dihina, dilupakan dan dianggap tiada. KAMI MENUNTUT keadilan yang anti-kapitalis, anti-pembinasaan. Masyarakat harus dipimpin oleh yang paling terdampak, BUKAN oleh orang-orang yang selalu cari untung dari penderitaan seisi alam.
MUAK kami pada negara yang pura-pura melindungi rakyat, padahal sibuk melindungi kepentingan oligarki.
MUAK kami pada pidato manis pejabat yang diselipi racun, menjanjikan kesejahteraan sambil menanam kuburan baru di tanah rakyat.
MUAK kami dituduh makar, sementara makar sesungguhnya ada di meja kekuasaan yang menjual tanah, laut, dan udara kepada pemilik modal.
Kami menolak hidup dalam kebohongan yang dipoles dengan kata “demi negara”.
Kami menolak dianggap bodoh, diam, dan bisa dibeli dengan permintaan maaf murahan.
KAMI TIDAK BODOH. Kami belajar dari sejarah pemikiran perempuan dan kaum progresif yang telah memperjuangkan pembebasan kaum terjajah - biarpun pengetahuan itu dihapus dan disesatkan, sementara ruang-ruang belajar kami dihimpit dan dihancurkan. Kami terus memperjuangkan ESTAFET PENGETAHUAN FEMINIS yang merimpang, menjalar dan menyebar.
Kami adalah PEWARIS PENGETAHUAN YANG DIHAPUS dan PENGGALI KUBUR BERISI BUKTI-BUKTI KEBOHONGAN REZIM.
KAMI BERJANJI, pada diri, pada orang-orang terkasih dan pada alam, bahwa perlawanan akan terus kami jalankan melalui ikhtiar gerak wakaf radikal: perawatan, solidaritas, pengetahuan dan otonomi penghidupan melintasi batas-batas sosial dan negara.
Kami bersuara dengan tubuh kami yang disakiti, dengan tanah kami yang dirampas, dengan air dan udara yang diracuni. Suara ini tidak bisa dikubur, karena ia akan selalu muncul kembali dalam bentuk nyanyian, teriakan, bisikan, doa, dan tawa, merawat luka menjadi pengetahuan, dan pengetahuan menjadi senjata.
September 2025 — Sekolah Pemikiran Perempuan