Pembicara | Speakers
-
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
(Penulis, Jakarta)
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie lahir di Bandar Lampung tahun 1993. Ia memenangkan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2014 dan 2016, juga Penghargaan Badan Bahasa kategori novel tahun 2018. Karyanya pernah masuk daftar panjang Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2015 dan dianugerahi Rolling Stone Editor’s Choice Awards 2017. Pada tahun 2018, ia bergabung dengan Ruang Perempuan dan Tulisan untuk melakukan penelusuran dan pembacaan ulang karya-karya dari Dahlia (Tan Lam Nio).
-
Alia Swastika
(Kurator Seni Rupa, Yogyakarta)
Alia adalah lulusan Jurusan Komunikasi Universitas Gadjah Mada. Sejak 2008 ia menjadi kurator dan Direktur Program di Ark Galerie, Jakarta/Yogyakarta. Sekarang bekerja sebagai Direktur Yayasan Biennale Yogyakarta. Pada 2011 Alia menjadi kurator Biennale Jogja XI bersama Suman Gopinath (India) lalu 2012 menjadi salah satu dari Co-Curatos Gwangju Biennale di Korea Selatan. Pada 2015, mendirikan Study on Art Practices yang menerbitkan journal Skripta, sebuah media diskursus seni kontemporer. Bukunya “Praktik Negosiasi Seniman Perempuan dan Politik Gender Orde Baru” terbit dengan dukungan penelitian dari Ford Foundation pada 2019.
-
Bonita
(Penyanyi dan Pemusik, Salatiga)
Bonita mengawali kegiatan bermusiknya sejak usia tiga tahun, dilanjutkan dengan mengikuti kontes menyanyi dan tampil di panggung-panggung hiburan. Bonita telah merilis empat album solo dan dua album band Bonita and the Husband bersama suaminya, Petrus Briyanto Adi (Adoy). Bersama Adoy, Bonita juga menggagas beberapa kegiatan musik, antara lain Kemul: Kegiatan Menulis Lagu, Live at RumahBonita dan Festival Musik Rumah; di samping kegiatan musik sejarah yang digarap bersama Paduan Suara Dialita.
-
Kadek Sonia Piscayanti
(Penulis Naskah dan Sutradara Teater, Singaraja)
Kadek Sonia Piscayanti lahir di Singaraja, 4 Maret 1984. Dia adalah seorang penulis, akademisi di Universitas Pendidikan Ganesha, dan pendiri Mahima Institute Indonesia, sebuah lembaga nirlaba di bidang pendidikan dan seni budaya. Sonia berkarya di bidang seni sejak belia dan saat kuliah di tahun 2005 mulai menjadi menjadi penulis naskah dan sutradara teater. Hingga kini ia sudah pernah pentas menampilkan karyanya antara lain ke Australia, Belanda, Prancis, Malaysia, Cina, India, hingga Nepal. Pada tahun 2017 proposalnya didanai Ford Foundation melalui Cipta Media Ekspresi untuk menggarap "11 Ibu, 11 Panggung, dan 11 Kisah". Kini ia sedang menyiapkan karya panggung terbaru, masih tentang Ibu dan perempuan.
-
Sri Harti (Kenik Asmorowati)
(Penulis Naskah dan Dalang, Surakarta)
Sri Harti (Kenik Asmorowati) MC adalah seorang dalang perempuan juga dosen di Program Studi Pedalangan ISI Surakarta. Wanita kelahiran 16 Oktober 1980 ini mulai berkarir di dunia Pedalangan sejak pertengahan tahun 1996. Pertunjukan wayang kulit yang digelarnya sudah lebih dari 185 kali pementasan di berbagai wilayah Nusantara. membentuk komunitas dalang dan karawitan putri "Rara Asmoro" sejak tahun 2010 sampai sekarang. Ia mendapat hibah Cipta Media Ekspresi untuk menyusun naskah pertunjukan wayang "Wanita Kusumayuda", naskah yang menggarap tokoh perempuan dari sisi pemikiran perempuan.
-
Nanik Indarti
(Penulis dan Seniman Teater, Yogyakarta)
Nanik Indarti adalah seorang perempuan seniman teater bertubuh mini penyandang achondroplasia yang lahir dan tinggal di Yogyakarta. Ia merupakan lulusan sarjana seni teater ISI Yogyakarta. Tahun 2018, ia menerima hibah Cipta Media Ekspresi lalu menggagas dan mendirikan komunitas bertubuh mini bernama Unique Project. Ia telah berhasil mengumpulkan dan mempertemukan orang-orang bertubuh mini dari berbagai kota di Indonesia untuk berkarya bersama. Tahun 2019, ia mendapatkan penghargaan dari Bappenas RI dan Kedubes Australia dalam pelaksanaan Indonesia Development Forum 2019 sebagai winner of art or cultural performance. Sejak tahun 2018, ia memutuskan untuk memfokuskan diri melakukan pemberdayaan terhadap tubuh mini melalui seni sebagai cara menolak diskriminasi.
-
Agnes Serfozo
(Sinden dan Peneliti, Surakarta)
Saya lahir dan besar di Budapest, Hongaria. Setelah meraih gelar BA jurusan Sastra, tahun 2004 saya mendapatkan beasiswa Darmasiswa untuk belajar di jurusan Pedalangan STSI Surakarta (sekarang ISI Surakarta). Sejak tahun 2008, saya belajar sindhenan gaya Surakarta, gaya Semarang, gaya Yogyakarta, gaya Banyumas. Mulai tahun 2009, saya tampil di panggung seni tradisi, terutama di panggung pagelaran wayang kulit. Tahun 2015-2018, saya melakukan penelitian di desa Bakungan, Banyuwangi, terkait ritual bersih desa Seblang. 2018 Seblang Bakungan mendapatkan hibah CME kategori akses (Revitalisasi Panjak Perempuan Ritual Seblang).
-
Martha Hebi
(Penulis dan Aktivis, Sumba)
Martha Hebi, perempuan kelahiran Waingapu, Sumba Timur yang memiliki ketertarikan pada isu-isu sosial. Sejak tahun 2003 berkarya dalam dunia pemberdayaan masyarakat di Pulau Sumba. Dari proses interaksi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan refleksi tentang "kehadiran perempuan" dalam sejarah Sumba. Sejak 2004, Martha mengidentifikasi perempuan-perempuan biasa yang inspiratif, menyimpan sejarah dan informasi, juga perempuan yang "berbeda" (menyimpang secara sosial).
Kecintaannya pada dunia seni sangat membantunya untuk menyuarakan isu sosial yang didapatnya dari perjumpaan dengan perempuan-perempuan biasa di desa. Perjalanan perjumpaan dengan perempuan biasa telah didokumentasikannya dalam buku "Perempuan (Tidak) Biasa di Sumba Era 1965-1998".
-
Erni Aladjai
(Penulis, Depok)
Erni Aladjai lahir di Pulau Labobo, Sulawesi Tengah, menamatkan pendidikan terakhir di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, Makassar. Ia menulis fiksi dan berita narasi. Naskah novel terakhirnya berjudul "Haniyah dan Ala di Rumah Teteruga" menjadi pemenang ketiga sayembara novel DKJ tahun 2019.
-
Citra Hasan
(Penulis dan Pengelola Komunitas, Medan)
Citra Hasan mendirikan SIRKAM (Sirkulasi Kreasi Perempuan) di kota Medan. Berawal dari sebuah media yang ia dirikan bersama rekan-rekannya, Citra kerap menulis isu – isu yang sedang terjadi di tengah masyarakat, termasuk tentang perempuan. Sebelumnya, Citra sering terlibat dalam dunia sosial, pendidikan, dan kesehatan di daerah timur Indonesia, antara lain Papua Barat dan Sumba. SIRKAM sendiri adalah wadah bagi para perempuan mengutarakan suaranya dalam dunia seni dan literasi. Selain menerbitkan media zine, SIRKAM aktif mengadakan diskusi, workshop, dan kelas. Citra juga mendirikan sebuah rumah kreatif bernama DEGIL HOUSE; sebuah ruang bagi para pelaku industri kreatif yang ingin bersama-sama belajar dan berkarya.
-
Rhidian Yasminta Wasaraka
(Antropolog, Jayapura)
Saya berdarah Papua (suku Baham)-Jawa dan ibu dari Rayhan dan Rayhana. Saya meminati fotografi dan menulis, keduanya sangat membantu ketertarikan saya pada bidang antropologi, lingkungan hidup, dan gender. Ketiga hal itu (antropologi, lingkungan, dan gender), selalu saling terkait. Hasil penelitian yang saya kerjakan selama 15 tahun adalah buku "Perempuan Perkasa, Belajar Praktik Kesetaraan Budaya Suku Korowai". Buku ini menggabungkan kemampuan saya memotret dan menulis. Saya meyakini, pengetahuan yang kita miliki haruslah bermanfaat untuk kemanusiaan. Karena, apa yang kita peroleh sejatinya hanyalah titipan dari Pemilik semesta.
-
Rena Amalika Asyari
(Pengajar, Bandung)
Rena lahir dan besar di Jatiwangi-Majalengka. Menamatkan studi Fisika di Universitas Padjadjaran. Menginisiasi komunitas Seratpena yang mewadahi kegiatan musik dan sastra. Tahun 2018 menerima hibah perempuan Cipta Media Ekspresi. Pada 2019 ia menjadi bagian dari Perempuan Lintas Batas-Institut Mosintuwu Poso, menerima seed grant dari Creative Hub Academy, dan bagian dari tim konseptor Bandung Readers Festival.
Tulisannya mengenai Lasminingrat dapat dibaca di media daring Magdalene.co, jurnalperempuan.org, mubaadalahnews.com, konde.co, seratpena.com, dan dicetak dalam prosiding Kebertuhanan Dalam Kebudayaan Nusantara Borobudur Writers & Cultural Festival 2019 dengan judul “Tjarita Erman: Tuhan dan semesta Anak-Anak Priangan Abad-19”.
-
Helly Minarti
(Peneliti dan Kurator Tari, Yogyakarta)
Helly Minarti berasal dari Jakarta dan sejak 2018 menetap di Yogyakarta di mana ia melanjutkan bekerja sebagai peneliti/pengkaji/kurator seni pertunjukan, khususnya di bidang tari. Tahun 2019 ia merintis LINGKARAN | koreografi, sebuah platform (wadah) meneliti secara kolaboratif yang menjadikan praktik koreografi sebagai fokus bahasan. Praktik koreografi di sini didefinisikan sebagai praktik berpikir kritis yang memiliki spektrum lebih luas dari sekedar pemahamannya di dunia tari.
-
Melani Budianta
(Akademisi, Jakarta)
Melani Budianta adalah dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI). Ketika menjadi mahasiswa Program Studi Inggris di tahun 1973, nama fakultas itu Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI). Di situ Melani belajar dari dosen-dosen perempuan yang menjadi inspirasinya, khususnya, Tuti Indra Malaon yang menjadi pembimbing skripsinya tentang penulis drama absurd Harold Pinter. Setelah kembali dari studi S2 (USC, American Studies), Melani mengajar MK Drama Absurd yang semula diajarkan oleh Tuti Indra Malaon. Ia sempat menjadi asisten Tuti dalam kegiatan ekstrakurikuler pementasan drama Pygmalion dalam Bahasa Inggris oleh mahasiswa di tahun 1987. Tuti Indra Malaon meninggal dunia, ketika Melani sedang menempuh S3 di Cornell University (Sastra Inggris).
-
Raisa Kamila
(Penulis, Bandung)
Raisa Kamila lahir dan besar di Banda Aceh. Setelah menyelesaikan pendidikan tinggi di Fakultas Filsafat, UGM, Yogyakarta, ia melanjutkan pendidikan pascasarjananya di jurusan Sejarah Kolonial dan Global, Universiteit Leiden, Belanda, melalui skema beasiswa Encompass-COSMOPOLIS. Selain menulis cerita pendek dan esai, selama masa studinya Raisa juga terlibat dalam riset dan kajian perempuan, dekolonisasi, sejarah kota, serta budaya popular.
-
Sartika Sari
(Penulis, Medan)
Alumnus Prodi Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan dan Magister Ilmu Sastra Universitas Padjadjaran. Menulis buku "Elegi Titi Gantung" (Kumpulan Puisi, 2016), "Seroean Kemadjoean" (Kajian Puisi Perempuan 1919-1941), cerpen, puisi, dan esai. Saat ini bertungkus lumus dengan keilmuan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Prima Indonesia (Medan).
-
Isyana Artharini
(Penulis, Jakarta)
Editor, penulis kumpulan esai 'I Am My Own Home and other essays', dan kurator Jakarta International Literary Festival 2019. Pada 2018 menjadi satu dari sepuluh penulis dan peneliti yang terlibat dalam Ruang Perempuan dan Tulisan -- kolektif untuk membaca kehidupan, karya, dan proses kreatif para perempuan penulis Indonesia di masa lampau.
-
Indah Darmastuti
(Penulis, Surakarta)
Indah Darmastuti tinggal di Solo. Ia menulis prosa, cerita anak, dan ulasan seni pertunjukan. Ia adalah pendiri difalitera.org (sastra suara untuk difabel netra) dan juga merintis Teras Baca yakni kegiatan rutin membaca novel di asrama difabel netra.
-
Lily Yulianti Farid
(Penulis, Makassar)
Lily Yulianti Farid adalah pendiri dan direktur Makassar International Writers Festival dan juga salah seorang pendiri dan direktur Rumata' Artspace. Lily menulis cerita pendek dan telah menerbitkan kumpulan cerita "Makkunrai" (2008), "Maiasaura" (2008) yang kemudian 17 cerita pilihan dari kedua buku tersebut diterbitkan ulang oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2012 dalam kumpulan cerita "Ayahmu Bulan Engkau Matahari". Cerita-cerita Lily telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John McGlynn dan diterbitkan oleh Lontar ke dalam kumpulan cerita "Family Room". Lily belajar kajian gender dan pembangunan untuk S2 dan S3 di Universitas Melbourne dan saat ini bekerja sebagai peneliti di Pusat Kajian Masyarakat Asli Australia di Universitas Monash di Melbourne, Australia.
-
Khairani Barokka
(Seniman dan Akademisi, London)
Khairani Barokka adalah penulis, seniman, dan peneliti, yang karyanya sudah dipresentasikan secara ekstensif, di lima belas negara. Penyair Residen pertama di Modern Poetry in Translation, Okka pemegang Ph.D di Departemen Budaya Visual Goldsmiths, dan sekarang bekerja sebagai peneliti di Institut Dekolonisasi Kesenian di Universitas Kesenian London (UAL’s Decolonising Arts Institute). Fokusnya adalah melawan ableism dalam dan melalui kesenian, sebagai bagian dari dekolonisasi. Di antara karyanya adalah buku-buku Rope (Nine Arches), Indigenous Species (Tilted Axis; terjemahan Vietnam terbitan AJAR Press), dan, sebagai salah satu penyunting, Stairs and Whispers: D/deaf and Disabled Poets Write Back (Nine Arches).
-
Lailatul Fitriyah
(Akademisi, Indiana)
Lailatul Fitriyah adalah kandidat Ph.D pada World Religions and World Church Program, Department of Theology, University of Notre Dame. Ia juga salah seorang penggagas dari Feminist Theologies in Global Context Colloquium di Notre Dame. Penelitiannya saat ini fokus pada konstruksi dari teologi feminis di era poskolonial Asia Tenggara, perbandingan teologi feminis Kristen dan Islam, teologi feminis migrasi, dan dialog feminis antar agama. Lailatul memperoleh gelar MA di bidang Studi Perdamaian Internasional dari Kroc Institute for International Peace Studies-University of Notre Dame.
-
Elvira Rumkabu
(Akademisi, Jayapura)
Saya akademisi Papua yang mengajar di Program Studi Hubungan Internasional, FISIP Universitas Cenderawasih. Area kepakaran saya adalah resolusi konflik, kajian perdamaian, dan identitas. Saya juga terlibat dalam Forum Akademisi Papua Damai yang melakukan kajian dan mendorong advokasi kebijakan pemerintah Pusat terkait resolusi konflik Papua. Selain itu, saya juga sangat tertarik dan baru mulai belajar tentang feminisme sebagai perspektif maupun gerakan. Saya berharap pemahaman tentang feminisme ini akan bisa diaplikasikan dalam menjelaskan dinamika Papua khususnya feminisme dalam.mendorong keterlibatan perempuan Papua dalam pembangunan perdamaian.
-
Fathimah Fildzah Izzati
(Penulis dan Peneliti, Jakarta)
Fathimah Fildzah Izzati, akrab disapa Fildzah, saat ini bekerja sebagai peneliti di Pusat Penelitian Politik LIPI. Ia lulus dari SOAS, University of London program studi MSc Labour, Social Movements and Development pada 2018. Selain bekerja mencari nafkah, ia juga berserikat dan menjadi pengurus harian SINDIKASI di divisi Riset dan Edukasi. Sejak 2012, ia aktif mengurusi rubrik Left Book Review di Indoprogress. Indoprogress merupakan media alternatif yang mengembangkan pemikiran Marxis serta menghubungkan akademisi progresif, aktivis, dan gerakan sosial di Indonesia. Kini, ia merupakan salah satu managing editor Indoprogress. Untuk korespondensi, silahkan menghubungi Fildzah di akun media sosialnya. Twitter: @fathimafildza; Instagram: @ffildzahizz.
-
Kahi Ata Ratu
(Pemusik, Sumba)
Kahi Ata Ratu adalah seorang seniman jungga (alat musik Sumba) dan pencipta lagu dari Desa Palanggay. Melalui karya-karyanya dia melakukan perlawanan, penyembuhan luka batin, nasehat-nasehat tentang kehidupan. Lagu pertamanya tentang solidaritas terhadap perempuan diciptakannya saat berusia sekitar 13 tahun. Itu terjadi antara tahun 1976-1978.
-
Septina Rosalina Layan
(Komposer dan Pemusik, Yogyakarta)
Septina lahir di Merauke, Papua. Ayah dan Ibu adalah guru SD yang mengikuti misi kemanusiaan bidang pendidikan sejak tahun 1960 di pedalaman selatan Papua. Septina mengenyam pendidikan SD, SMP, SMA di Merauke, Papua dan Sarjana Seni bidang komposisi musik di ISI Yogyakarta. Saat ini sedang menyelesaikan Pendidikan S2 di Pascasarjana ISI Yogyakarta. Septina menekuni, belajar, dan mendokumentasikan nyanyian tradisi di selatan Papua. Mengkaji dan membuat karya-karya baru sesuai kajian-kajian agar menjadi karya yang jujur dan berakar dari kebenaran. Karya terbaru di akhir tahun 2019 berjudul "Lament Of Story'" dipentaskan di Tembi Rumah Budaya Yogyakarta. Pentas karya terbaru di tahun 2020 "Planet Sebuah Lament" di Melbourne, Australia pada Februari 2020, berkolaborasi dengan Garin Nugroho.
-
Nova Ruth
(Pemusik, Malang)
Nova Ruth tumbuh dan besar belajar bernyanyi di gereja, melantunkan ayat Qur'an, menabuh gamelan dan menembangkan nada Jawa. Lirik pertama yang dituliskan sarat akan kritik lingkungan dan dilagukan dengan nada monoton di atas dentuman musik hip-hop. Kini pemikirannya tentang alam dan keadaan sekitar, tertuang pada pertunjukan bersama Filastine, di atas sebuah bahtera bertajuk Arka Kinari. Dalam penampilan solonya, Nova Ruth bermain alat musik dengan sederhana, dibantu teknologi yang dia kuasai, bernyanyi dan menceritakan pengalamannya sebagai perempuan yang memutuskan untuk menantang batas, bergerak dari darat ke laut, bernada dari timur ke barat, dan tidak ingin dikotakkan ke dalam genre musik yang telah tersedia.
-
Sylvia Saartje
(Penyanyi dan Penggubah Lagu, Malang)
Sylvia Saartje (Arnhem, 15 September 1956) adalah seorang penyanyi rock. Ia merupakan penyanyi wanita Indonesia pertama yang diberi gelar Lady Rocker (Women in Rock). Julukan tersebut diberikan pertama kali oleh majalah musik Aktuil pada tahun 1970an. Ia juga akrab dikenal dengan panggilan "Jipi".
Perjalanan karir Sylvia dimulai sejak ia menjadi juara pertama lomba menyanyi anak-anak yang diadakan oleh RRI Malang, Ia kemudian bergabung dengan grup band Tornado pada tahun 1972-1975 yang sering mengadakan pertunjukan di banyak daerah di Jawa Timur. Sylvia kemudian semakin sering tampil, tidak hanya di Malang tetapi juga di berbagai kota di Indonesia bahkan mancanegara. Pada 2018, ia berhasil menggelar Konser Emas di Malang menampilkan delapan lagu karyanya. Sampai sekarang, Sylvia masih aktif menyanyi di berbagai tempat dengan bersolo karir maupun berkolaborasi.